ada apa dengan dunia ini

Foto saya
Kau terlahir dari belukar penuh duri, Penuh dengan kotor ...dekil...dan berdebu, Namun namamu selalu dikenang... Dan menjadi lambang keabadian, Bagi para pendaki...bagi para petualang kehidupan... Bagi para pengabdi ...bagi para pencari jatidiri, Menggali kedalaman sebuah makna... Dipuncak gunung...diujung sebuah kebanggaan... Dilereng bukit yang curam...terjal berliku terselimut kabut... Dan panas menyengat oleh telaga kawah gunung berapi... Kau dicari untuk sebagai pembuktian diri... Kau selalu dikenang dalam penuh kebanggaan... Kelopakmu tak pernah pudar...selalu tegar... Meski hujan badai menerjang...kau tetap anggun... Pesona kekokohanmu...sebuah lambang ketegaran... Bagi para petualang sejati...yang tetap tegar dalam segala situasi...

Selasa, 15 Februari 2011

Rindu Seorang Anak Jalanan


Rindu Seorang Anak Jalanan
070605
Gitar kecil didekap seorang anak kecil pada sisi jalan dekat dengan kesombongan dunia...yang selalu dihiasi dengan kemacetan...Panas terasa matahari begitu terik memikat dan menusuk ubun-ubun...namun kenyataan hidup harus terus dijalani...kadang hati kecil sang anak kecil berteman gitar kecil terasa sangat ter-iris memandang teman sebayanya berseragam sekolah bersiap menuju sekolah...tapi dia hanya bisa memandang kalut...dan harus berjuang untuk dapat tetap hidup...sekolah hanyalah mimpi...sekolah menjadi angan...dan tak menjadi harapan...karena sekolah haruslah punya banyak uang...!
Untuk makanpun dia harus rela berteman dengan debu jalanan...asap polusi kendaraan...dan hinaan...Menjual dan mengobral lirih-lirih akan kejamnya dunia...dengan suara sumbang terlontar dari mulutnya dan berharap belas kasih orang-orang...
Dalam sudut hatinya terdapat kerinduan...tentang semua angan...Ayahnya pergi entah kemana...Ibunya tak pernah dirumah karena harus rela menemani ratusan laki-laki hidung belang...harapan akan keluarga yang benar-benar utuh...adalah sebuah dambaan...dan tetap dia harus turun ke jalan untuk melanjutkan hidup yang keras ini...
Bus kota adalah harapan buatnya...agar dia tetap dapat makan...kulitnya legam terbakar matahari...lusuh penuh peluh...tapi hanyalah semangat untuk tetap dapat bertahan hidup...kadang tangisannya malah menjadi bahan cercaan orang-orang dewasa...hasil yang didapat tak dapat dirasa karena dirampas...dipaksa sebagai pemuas nafsu bejat...belum siksaan yang didapat bila menolak...oleh orang-orang dewasa...
Diujung taman kota...terduduk merenung merasakan hati yang paling dalam...kesedihan dan bathin menjerit...memandang cerianya anak-anak sebayannya...bercanda ria saling bercengkeraman...bersama orang tuanya...air matapun telah menjadi telaga...mendamba sebuah angan yang tak mungkin menjadi nyata...!!
Diseka telaga air matanya...dan melangkahkan kembali kakinya menuju hari yang tinggal setengah...untuk kembali melanjutkan hari yang tersisa...dengan berbekal gitar kecil mendendangkan nada sumbang...berharap belas kasih orang banyak...
Mataharipun telah hampir habis tertelan putaran waktu...dan akan berganti dengan gulitanya malam...yang selalu dihiasi bintang gemintang...namun dia tetap berdendang nada-nada sumbang...”aku tak pernah berpikir untuk menjadi nyata...aku tak pernah berpikir untuk sebuah harapan...yang aku bisa hanyalah berdendang...bernyanyi demi sebuah kenyataan...yang kulihat bukanlah aku...yang kupandang hanyalah mimpi...yang kubisa hanyalah bernyanyi...demi sebuah kenyataan...agar aku tetap dapat bertahan hidup...” disetiap bus...disetiap jalan...dan terus berdendang...
Gulitanya malam telah menyadarkan dia...untuk berhenti dan ber istirahat...mendekap mimpi...anak kecil berteman gitar kecil pulang menuju tempat yang kiranya dapat menjadi naungan rasa lelah yang telah mulai terasa...pinggiran toko...kolong Jembatan...atau ditrotoar...adalah sebuah kenikmatan tersendiri dalam menuju mimpi...
Sebelum melepas lelahnya...alam renungan menyelimuti kalbunya...tentang harapan dan angan...semangat dan tekad...bahwa masa didepan adalah masa indah...masa didepan adalah masa penuh kebahagiaan...dan hari esok adalah tantangan penuh resiko...karena nasib dan takdir telah ditentukan Sang Penguasa...dan terlelaplah dia menuju alam mimpi...tenang ditengah kebisingan kota yang tak pernah menghargai malam...
“Hidup harus terus dijalani...meski berat terasa...tapi inilah bagian dari hidup yang sesungguhnya...”
Sebuah perenungan dimana masih banyak terjadi ketidak seimbangan dalam hidup ini...
(buat Si Unyil anak jalanan ditengah kota Bandung ...)
Selengkapnya...

Sabtu, 12 Februari 2011

Tak jujurnya kenikmatan


Tak jujurnya kenikmatan…
230604

Aku telahir dari jiwa yang kosong…
Aku besar dari palsunya kepompong…
Berteriak…menangis…digelapnya lorong…
Mentertawakan hati ketika menjadi sombong…

Sementara kaki telah terpijak..
Pada tanah yang ber undak…
Meredam dendam berkerak…
Dalam tak tentunya jarak…

Jiwaku terasa melayang…
Pada awan gelap membayang…
Mengiris hati yang kering…
Nuranipun tak menjadi bening…

Dalam waktu yang terus melindas…
Pada perenungan melibas…
Aku terpojok oleh ke angkuhan mengeras…
Terasa…dendam semakin menderas…

Tersadar aku telah tersungkur…
Pada kubangan sampah yang subur…
Ternyata aku telah menjadi kufur…
Seperti telah mendekatnya liang kubur…

Dalam pandangan sedikit memudar…
Aku mencoba untuk tetap sadar…
Pandangan tertuju pada jiwa tak gentar…
Walau sulit namun tak gentar…

Memberi asa untuk tak mendekap angan…
Agar melepas semua raga yang menjadi bayangan…
Dengan segala suguhan kemunafikan…
Dan penuh kebohongan …

“Dalam hidup pasti setiap manusia selalu mencari indahnya kenikmatan,tapi selalu saja yang didapat dari akarnya kemunafikan
karena memang sulit menjunjung sebuah kejujuran…
lalu banggakah kita…??” Selengkapnya...


Balada Pengamen Bocah
Bandung,2005

Diperempatan jalan lampu setopan
Bocah kecil bernyanyi dan menari
Tak peduli panas...tak peduli hujan....
Terus berdendang demi sedikit rejeki...

Baru terhenti jika sang surya pergi mendekati sarangnya....
Berganti dengan bulan ytang menerangi malam hari....
Bocah pengamen kecil...kumal...dekil tertidur...
Beralas koran atau kardus usang diemperan toko...

Hari demi hari dijalani begitu kelu dan lusuh....
Berangkat dari kepedihan...berguru pada jalanan...
Hanyalah demi khayalan jadi pemicu tuk tetap tegar...
Berjuang menepis kepedihan tuk meraih harapan... Selengkapnya...